Budidaya Cabai Dalam Pot/Polybag
Mendukung Gerakan tanam Cabai, BPTP Balitbangtan Sumatera Barat mendistribusikan lebih dari 150.000 bibit cabai kepada organisasi wanita seperti: Tim Penggerak (TP) PKK Provinsi dan kabupaten/kota, Dharmawanita, Wanita HKTI, IWAPI, kelompok wanita tani dan masyarakat umum secara perorangan. Keberhasilan gertam cabai sangat tergantung pada pemeliharaan yang dilakukan, berikut panduan budidaya cabai dalam pot/polybag.
Syarat Tumbuh
Tanaman cabai memiliki daya adaptasi yang cukup luas. Dapat tumbuh dengan baik didataran rendah sampai dataran tinggi (1-1.500 meter di atas permukaan laut) dengan tanah (pH) 5,5 -6,5. Hampir semua jenis tanah cocok untuk ditanami cabai namun yang paling baik adalah tanah humus yang kaya akan hara, draina sedana erasi tanah cukup baik, dan air cukup tersedia selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman cabai membutuhkan cahaya matahari yang cukup sepanjang hari dengan intensitas penyinaran lebih dari 70%. Jika kurang sinar matahari, tanaman akan tumbuh meninggi, daun dan batang lemas, umur panen lebih lama serta produksi rendah.
Penyiapan Media Semai
Media yang lebih disukai untuk penyemaian adalah campuran tanah, pupuk kandang atau kompos dan sekam bakar dengan perbandingan 3:2:1. Untuk mencegah serangan penyakit, media semai terlebih dahulu disterilisasi. Sterilisasi dilakukan dengan mengukus media atau menjemur di panas matahari. Kemudian, dimasukkan, dimasukkan ke dalam wadah penyemaian dan disiram.
Wadah semai yang bias digunakan antara lain polybag kecil, kantung plastik, daun pisang, nampan plastik, atau manfaatkan gelas plastik bekas minuman (aqua) yang diberi lubang.
Perlakuan Benih
Benih diambil dari pertanaman yang sehat, berasal dari buah yang telah matang penuh dan sehat.Sebelum benih disemai, terlebih dahulu direndam dalam air hangat kuku(suhu45-50 o C) selama 1 jam guna mendorong tumbuhnya benih. Selain dengan air hangat, benih juga dapat direndam dalam larutan fungisida Previcur N dengan dosis 1-2 cc per liter air selama 1 jam. Fungsinya selain untuk tumbuhnya benih juga untuk mencegah serangan jamur.
Selama perendaman, benih yang cacat dan yang dibuang. Setelah benih ditiriskan dan dikering anginkan di atas kertas koran agar tidak lengket di tangan saat menyemaikan.
Penyemaian
Benih disemai satu pertemuan dalam wadah semai yang sudah di isi media semai, dan ditutup dengan media semai halus dengan cara diayakan. Untuk mempertahankan kelembaban, persemaian ditutup dengan karung plastic atau goni atau daun pisang. Selama di pesemaian dilakukan penyiraman dengan memercikan air.
Umur 5-7 hari setelah semai, benih akan tumbuh. Tutup persemaian dibuka. Setelah berumur 20-30 hari atau berdaun 4-5 helai, bibit dapat dipindahkan ke dalam pot/ polybag besar.
Media Tanam dan Penanaman
Media tanam untuk budidaya cabai dalam pot/polybag adalah campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan1 : 1. Jika tanahnya padat, dapat ditambahkan sekam bakar atau sekam yang sudah lapuk dengan perbandingan antara tanah, pupuk kandang/kompos dan sekam, 3:2 :1. Ukuran pot/polybag besar yang disarankan adalah 40x50 cm.
Penanaman atau pemindahan bibit dari polibag kecil ke polibag besar sebaiknya dilakukan pada hari sakit agar bibit memiliki waktu yang cukup untuk beradaptasi pada malam hari. Bibit yang ditanam adalah yang telah berumur 20-30 hari atau berdaun 4-5 lembar. Sebelum bibit ditanam atau dipindahkan, terlebih dahulu disiram dengan udara sampai medianya jenuh. Selanjutnya bibit dikeluarkan dari wadah pembibitan dengan hati-hati dan ditanam pada pot/polybag besar. Media dijaga agar tidak pecah.
PemeliharaanTaman
Pemeliharaan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya cabai. Pemeliharaan harus dilakukan secara disiplin, diantaranya penyiraman, penyiangan, perempelan, pemupukan, pemasangan ajir, serta pengendalian Organisme PenggangguTanaman (OPT).
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari jika tidak ada hujan. Penyiangan dilakukan sekali dua minggu dengan cara membuang rumput-rumput pembohong yang ada di dalam dan sekitar pot/ polybag .
Tunas samping serta sebahagian daun yang tumbuh sampai dengan ketinggian 15 - 25 cm dari permukaan tanah dipangkas/dirempel. Pemangkasan bertujuan untuk menghindari penyiraman air yang menempel pada bagian tanaman, batang kokoh dan kuat, bagian atas tanaman lebih sempurna, sirkulasi udara lebih baik.
Pemasangan ajir dilakukan sedini mungkin menggunakan bahan yang kuat, seperti kayu, bambu atau bahan lainnya.
Pemupukan
Pupuk kimia diberikan setelah tanaman berumur 1 (satu) bulan. Pupuk yang diberikan adalah NPK (16:16:16) dengan cara melarutkan 10 gram NPK dalam 1 (satu) liter air. Kemudian larutan pupuk disiramkan pada tanaman sebanyak±200 ml (satu gelas Aqua) per pot/polybag, satu kali dalam10 hari.
Sebagai pupuk tambahan dapat juga diberikan air cucian beras, air cucian daging/ikan, pupuk cair, dan pupuk nabati seperti daunTitonia. Air cucian beras atau air cucian daging/ikan sebelum digunakan terlebih dahulu disaring. Urine ternak yang digunakan adalah yang sudah difermentasi.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Tantangan yang cukup berat dalam budidaya cabai adalah serangan hama dan penyakit atau OPT. Hama yang banyak menyerang tanaman cabai antara lain: ulat tanah, ulat grayak, ulat buah, kutu kebul, kutu daun, trips dan tungau. Penyakit yang banyak menyerang antara lain: Virus kuning, busuk buah Antraknos, Layu Fusaium, lay bakteri, bercak daun serkos poradan rebah kecambah.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menerapkan ppengendalian hama terpadu (PHT), yaitu melakukan budidaya secara sehat yang dimulai dengan pemilihan varietas tahan, benih yang bebas serangan OPT, perlakuan benih, perlakuan benih, penyiraman, sanitasi lahan dan pemupukan secara teratur, serta pengamatan rutin setiap pagi dan sore hari. rutin pada pagi dan sore dilakukan karena umumnya hama menghinggapi tanaman pada pagi dan sore hari sampai malam. Jika hama, langsung dilakukan pengendalian secara mekanik, yaitu dengan mengambil hama dan membunuhnya.
Selanjutnya bias juga disemprotkan pestisi dan abati atau bio pestisida, seperti: minyak seraiwangi dengan dosis 1-3 cc/liter air yang ditambah dengan sedikit detergen. Pestisi dan abati lainnya bias dibuat dari daun sirsak, daun mindi, daun bengkuang, bayam duri, bunga kembang puku lempat, tembakau dan lain-lain.
Salah satu biopestisida yang dapat digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit cabai menurut peneliti Balai Penelitian Sayuran (Balitsa) Balitbangtan, Wiwin Setiawati adalah yang dikenal dengan nama ATECU yaitu campuran daun Mimba ( Azadirachtaindica ), daun Kacang Babi ( Teprosiavogelli ) dan urin sapi dengan perbandingan 1 :1:4 yang direndam selama 15 hari. Aplikasi dengan menyemprotkan atau menyiramkan ke seluruh bagian tanaman dengan dosis 10 ml/liter air. Biopestisida ini cukup ampuh mengendalikan Trips, Tungau, Ulat Tanah, dan Antraknose.
Untuk mencegah menularnya penyakit ketanaman lain, sebaiknya bagian tanaman yang dibuang, selanjutnya dibakar atau dikubur. Untuk budidya di pekarangan sebaiknya dihindari penggunaan racun dalam pengendalian hama dan penyakit.
Panen dan Pasca Panen
Panen cabai dilakukan saat buah 90% masak, yaitu berumur 70-120 hari setelah tanam (HST), tergantung pada varietas dan ketinggian tempa ttumbuh. Di dataran rendah biasanya dipanen pada umur 70 HST, sedangkan di dataran tinggi sekitar 120 HST. Panen dilakukan satu kali dalam 3-7 hari. Panen sebaiknya dilakukan pada cuaca cerah. Panen hijau dapat dilakuka npada saat buah telah mengeras atau satu bulan sebelum panen merah.
Satu batang cabai merah dapat dipanen sampai 20 kali dg hasil 0,7 – 1,5 kg/batang. Dengan menanam 10 batang cabai per rumah tangga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri sehingga tidak terpengaruh oleh gejolak harga di pasaran. (Rifda Roswita).
Budidaya Cabai Dalam Pot/Polybag
Mendukung Gerakan tanam Cabai, BPTP Balitbangtan Sumatera Barat mendistribusikan lebih dari 150.000 bibit cabai kepada organisasi wanita seperti: Tim Penggerak (TP) PKK Provinsi dan kabupaten/kota, Dharmawanita, Wanita HKTI, IWAPI, kelompok wanita tani dan masyarakat umum secara perorangan. Keberhasilan gertam cabai sangat tergantung pada pemeliharaan yang dilakukan, berikut panduan budidaya cabai dalam pot/polybag.
Syarat Tumbuh
Tanaman cabai memiliki daya adaptasi yang cukup luas. Dapat tumbuh dengan baik didataran rendah sampai dataran tinggi (1-1.500 meter di atas permukaan laut) dengan tanah (pH) 5,5 -6,5. Hampir semua jenis tanah cocok untuk ditanami cabai namun yang paling baik adalah tanah humus yang kaya akan hara, draina sedana erasi tanah cukup baik, dan air cukup tersedia selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman cabai membutuhkan cahaya matahari yang cukup sepanjang hari dengan intensitas penyinaran lebih dari 70%. Jika kurang sinar matahari, tanaman akan tumbuh meninggi, daun dan batang lemas, umur panen lebih lama serta produksi rendah.
Penyiapan Media Semai
Media yang lebih disukai untuk penyemaian adalah campuran tanah, pupuk kandang atau kompos dan sekam bakar dengan perbandingan 3:2:1. Untuk mencegah serangan penyakit, media semai terlebih dahulu disterilisasi. Sterilisasi dilakukan dengan mengukus media atau menjemur di panas matahari. Kemudian, dimasukkan, dimasukkan ke dalam wadah penyemaian dan disiram.
Wadah semai yang bias digunakan antara lain polybag kecil, kantung plastik, daun pisang, nampan plastik, atau manfaatkan gelas plastik bekas minuman (aqua) yang diberi lubang.
Perlakuan Benih
Benih diambil dari pertanaman yang sehat, berasal dari buah yang telah matang penuh dan sehat.Sebelum benih disemai, terlebih dahulu direndam dalam air hangat kuku(suhu45-50 o C) selama 1 jam guna mendorong tumbuhnya benih. Selain dengan air hangat, benih juga dapat direndam dalam larutan fungisida Previcur N dengan dosis 1-2 cc per liter air selama 1 jam. Fungsinya selain untuk tumbuhnya benih juga untuk mencegah serangan jamur.
Selama perendaman, benih yang cacat dan yang dibuang. Setelah benih ditiriskan dan dikering anginkan di atas kertas koran agar tidak lengket di tangan saat menyemaikan.
Penyemaian
Benih disemai satu pertemuan dalam wadah semai yang sudah di isi media semai, dan ditutup dengan media semai halus dengan cara diayakan. Untuk mempertahankan kelembaban, persemaian ditutup dengan karung plastic atau goni atau daun pisang. Selama di pesemaian dilakukan penyiraman dengan memercikan air.
Umur 5-7 hari setelah semai, benih akan tumbuh. Tutup persemaian dibuka. Setelah berumur 20-30 hari atau berdaun 4-5 helai, bibit dapat dipindahkan ke dalam pot/ polybag besar.
Media Tanam dan Penanaman
Media tanam untuk budidaya cabai dalam pot/polybag adalah campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan1 : 1. Jika tanahnya padat, dapat ditambahkan sekam bakar atau sekam yang sudah lapuk dengan perbandingan antara tanah, pupuk kandang/kompos dan sekam, 3:2 :1. Ukuran pot/polybag besar yang disarankan adalah 40x50 cm.
Penanaman atau pemindahan bibit dari polibag kecil ke polibag besar sebaiknya dilakukan pada hari sakit agar bibit memiliki waktu yang cukup untuk beradaptasi pada malam hari. Bibit yang ditanam adalah yang telah berumur 20-30 hari atau berdaun 4-5 lembar. Sebelum bibit ditanam atau dipindahkan, terlebih dahulu disiram dengan udara sampai medianya jenuh. Selanjutnya bibit dikeluarkan dari wadah pembibitan dengan hati-hati dan ditanam pada pot/polybag besar. Media dijaga agar tidak pecah.
PemeliharaanTaman
Pemeliharaan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya cabai. Pemeliharaan harus dilakukan secara disiplin, diantaranya penyiraman, penyiangan, perempelan, pemupukan, pemasangan ajir, serta pengendalian Organisme PenggangguTanaman (OPT).
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari jika tidak ada hujan. Penyiangan dilakukan sekali dua minggu dengan cara membuang rumput-rumput pembohong yang ada di dalam dan sekitar pot/ polybag .
Tunas samping serta sebahagian daun yang tumbuh sampai dengan ketinggian 15 - 25 cm dari permukaan tanah dipangkas/dirempel. Pemangkasan bertujuan untuk menghindari penyiraman air yang menempel pada bagian tanaman, batang kokoh dan kuat, bagian atas tanaman lebih sempurna, sirkulasi udara lebih baik.
Pemasangan ajir dilakukan sedini mungkin menggunakan bahan yang kuat, seperti kayu, bambu atau bahan lainnya.
Pemupukan
Pupuk kimia diberikan setelah tanaman berumur 1 (satu) bulan. Pupuk yang diberikan adalah NPK (16:16:16) dengan cara melarutkan 10 gram NPK dalam 1 (satu) liter air. Kemudian larutan pupuk disiramkan pada tanaman sebanyak±200 ml (satu gelas Aqua) per pot/polybag, satu kali dalam10 hari.
Sebagai pupuk tambahan dapat juga diberikan air cucian beras, air cucian daging/ikan, pupuk cair, dan pupuk nabati seperti daunTitonia. Air cucian beras atau air cucian daging/ikan sebelum digunakan terlebih dahulu disaring. Urine ternak yang digunakan adalah yang sudah difermentasi.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Tantangan yang cukup berat dalam budidaya cabai adalah serangan hama dan penyakit atau OPT. Hama yang banyak menyerang tanaman cabai antara lain: ulat tanah, ulat grayak, ulat buah, kutu kebul, kutu daun, trips dan tungau. Penyakit yang banyak menyerang antara lain: Virus kuning, busuk buah Antraknos, Layu Fusaium, lay bakteri, bercak daun serkos poradan rebah kecambah.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menerapkan ppengendalian hama terpadu (PHT), yaitu melakukan budidaya secara sehat yang dimulai dengan pemilihan varietas tahan, benih yang bebas serangan OPT, perlakuan benih, perlakuan benih, penyiraman, sanitasi lahan dan pemupukan secara teratur, serta pengamatan rutin setiap pagi dan sore hari. rutin pada pagi dan sore dilakukan karena umumnya hama menghinggapi tanaman pada pagi dan sore hari sampai malam. Jika hama, langsung dilakukan pengendalian secara mekanik, yaitu dengan mengambil hama dan membunuhnya.
Selanjutnya bias juga disemprotkan pestisi dan abati atau bio pestisida, seperti: minyak seraiwangi dengan dosis 1-3 cc/liter air yang ditambah dengan sedikit detergen. Pestisi dan abati lainnya bias dibuat dari daun sirsak, daun mindi, daun bengkuang, bayam duri, bunga kembang puku lempat, tembakau dan lain-lain.
Salah satu biopestisida yang dapat digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit cabai menurut peneliti Balai Penelitian Sayuran (Balitsa) Balitbangtan, Wiwin Setiawati adalah yang dikenal dengan nama ATECU yaitu campuran daun Mimba ( Azadirachtaindica ), daun Kacang Babi ( Teprosiavogelli ) dan urin sapi dengan perbandingan 1 :1:4 yang direndam selama 15 hari. Aplikasi dengan menyemprotkan atau menyiramkan ke seluruh bagian tanaman dengan dosis 10 ml/liter air. Biopestisida ini cukup ampuh mengendalikan Trips, Tungau, Ulat Tanah, dan Antraknose.
Untuk mencegah menularnya penyakit ketanaman lain, sebaiknya bagian tanaman yang dibuang, selanjutnya dibakar atau dikubur. Untuk budidya di pekarangan sebaiknya dihindari penggunaan racun dalam pengendalian hama dan penyakit.
Panen dan Pasca Panen
Panen cabai dilakukan saat buah 90% masak, yaitu berumur 70-120 hari setelah tanam (HST), tergantung pada varietas dan ketinggian tempa ttumbuh. Di dataran rendah biasanya dipanen pada umur 70 HST, sedangkan di dataran tinggi sekitar 120 HST. Panen dilakukan satu kali dalam 3-7 hari. Panen sebaiknya dilakukan pada cuaca cerah. Panen hijau dapat dilakuka npada saat buah telah mengeras atau satu bulan sebelum panen merah.
Satu batang cabai merah dapat dipanen sampai 20 kali dg hasil 0,7 – 1,5 kg/batang. Dengan menanam 10 batang cabai per rumah tangga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri sehingga tidak terpengaruh oleh gejolak harga di pasaran. (Rifda Roswita).